Laporan Keuangan Hasil Penjualan

ASPEK KEUANGAN
  1. Rencana Produksi
  • Jenis Produk              : Roti
  • Jumlah Produksi        : 40 buah/hari
  1. Aspek Modal
  • Bahan baku
ROTI
Bahan
Jumlah
Harga
Terigu
1 Kg
   Rp. 10.000,-
Air
500 ml
                   Rp.   3.000,-
Garam
1 Sendok teh
                   Rp.   1.000,-
Gula
200 gram
                   Rp.   7.000,-
Kuning telur
4 buah
   Rp. 15.000,-
Fermipan
22 gram
                   Rp.   9.000,-
Margarin
200 gram
                   Rp.   9.000,-
Susu bubuk
4 Sendok makan
                   Rp.   7.000,-
Baking powder
1 Sendok teh
                   Rp.   7.500,-
Mesis
1 Bungkus
                   Rp.   7.000,-
Keju
1 Bungkus
                   Rp.  12.000,-
JUMLAH
                   RP. 87.500,-


Bulan 1
Bulan 2
Bulan 3
Minggu Pertama: Dari 40 roti/hari hanya terjual sebanyak 20 buah.

Keterangan: 
20x5.000= Rp 100.000

Jadi, keuntungan yang didapatkan di minggu pertama sebesar 
Rp 12.500

Minggu Pertama: Dari 40 roti/hari hanya terjual sebanyak 40 buah.

Keterangan: 
40x5.000= Rp 200.000  

Jadi, keuntungan yang didapatkan di minggu pertama sebesar Rp 112.500
Minggu Pertama: Dari 80 roti/hari hanya terjual sebanyak 75 buah.

Keterangan: 
75x5.000= Rp 375.000  

Jadi, keuntungan yang didapatkan di mingu pertama sebesar Rp 287.500
Minggu Kedua: Dari 40 roti/hari hanya terjual sebanyak 25 buah.

Keterangan: 
25x5.000= Rp 125.000

Jadi, keuntungan yang didapatkan di minggu kedua sebesar 
Rp 37.500
Minggu Kedua: Dari 40 roti/hari hanya terjual sebanyak 38 buah.

Keterangan: 
38x5.000= Rp 190.000

Jadi, keuntungan yang didapatkan di minggu kedua sebesar Rp 102.500

Hasil pendapatan di bulan ke 3 (Mei/2015) dari modal Rp 87.500 pada minggu pertama yaitu dengan keuntungan sebesar Rp 287.500

Dan modal minggu pertama yaitu 87.500x2=Rp 175.000 dengan keuntungan Rp.287.500,-  hasil yang diuntungkan selama 1 minggu sebesar Rp 27.500,-

Keterangan: Tidak Rugi
Minggu Ketiga: Dari 40 roti/hari hanya terjual sebanyak 34 buah.

Keterangan: 
34x5.000= Rp 170.000

Jadi, keuntungan yang didapatkan di minggu ketiga sebesar 
Rp 82.500

Minggu Ketiga: Dari 40 roti/hari hanya terjual sebanyak 40 buah.

Keterangan: 
40x5.000= Rp 200.000

Jadi, keuntungan yang didapatkan di minggu ketiga sebesar Rp 112.500

                  
Minggu Keempat: Dari 40 roti/hari hanya terjual sebanyak 32 buah.

Keterangan: 
32x5.000= Rp 160.000

Jadi, keuntungan yang didapatkan di minggu keempat sebesar 
Rp 72.500

Minggu Keempat: Dari 45 roti/hari hanya terjual sebanyak 45 buah.

Keterangan: 
45x5.000= Rp 225.000

Jadi, keuntungan yang didapatkan di minggu keempat sebesar Rp 50.000
                
Hasil pendapatan di bulan 1 (Maret/2015) dari modal Rp 87.500 hasil yang diuntungkan selama 1 bulan sebesar Rp 205.000,-

Keterangan: Tidak Rugi
Hasil pendapatan di bulan ke 2 (April/2015) dari modal Rp 87.500 pada minggu pertama sampai minggu ketiga yaitu dengan keuntungan sebesar Rp 327.500

Dan modal minggu keempat yaitu 87.500x2=Rp 175.000 dengan keuntungan Rp.50.000,-  hasil yang diuntungkan selama 1 bulan sebesar Rp 377.500,-

Keterangan: Tidak Rugi


TOTAL: Rp 205.000 + Rp 377.500+
Rp 287.500= Rp 870.000

*Keterangan: Pada bulan Mei adalah hasil pendapatan sementara. Melihat keuntungan dan ketertarikan konsumen terhadap roti Vidy yang enak ini dengan hasil yang meningkat dan akan menambah keuntungan yang lebih besar maka tidak menutup kemungkinan saya akan menambah modal dan menambahkan keuntungan yang lebih besar dibalik semua hambatan dan resiko yang ada.


Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

Ayo Sinau Boso Jowo! Let's Learn Javanese!

Javanese is the language of the Javanese people from the central and eastern parts of the island of Java in Indonesia. There are also pockets of Javanese speakers in the northern coast of western Java. It is the native language of more than 75,500,000 people (more than 30% of total population in Indonesia). Javanese is part of the Austronesian family, but it is otherwise not particularly close to other languages and is difficult to classify, though not too dissimilar from neighbouring languages such as Malay, Sundanese, Madurese and Balinese. Most speakers of Javanese also speak Indonesian (a standardized form of Malay) for official and commercial purposes, as well as a means to communicate with non-Javanese Indonesians.  Vowels In clossed syllables the vowels /i u e o/ are pronounced [ɪ ʊ ɛ ɔ] respectively. In open syllables, /e o/ are also [ɛ ɔ] when the following vowel is /i u/ in an open syllable; otherwise they are /ə/ , or identical ( /e...e/, /o...o/ ). In t...
Read more

Analysis Jakarta Fair

Image
Jakarta Fair   is a  fair  held annually in Jakarta International Expo (JIE)  Kemayoran , Jakarta ,  Indonesia , in June and July. It features exhibitions, trade promotions, shopping, music performances, various shows,  amusement rides  and a food festival. The fair is meant to celebrate the anniversary of Jakarta. The Jakarta Fair sees exhibitors from across the country display a whole range of goods and products ranging from specialty food items to traditional handmade arts and crafts. In addition to the many exhibitors, there is also live entertainment including music, dance and cultural performances. The fair incorporates trade exhibitions and entertainment that existed in   Batavia   now Jakarta during   Dutch East Indies   era. Originally the annual fair took place in   Koningsplein   (now  Merdeka square ) in   Weltevreden   Batavia and it was called " Pasar Gambir ". After Indonesian independence ...
Read more

Voici la biographie de Raden Ayu Kartini

Image
Raden Ayu Kartini , appelée aussi Raden Ajeng Kartini , née le 21 avril 1879 à Jepara (centre de Java) et morte le 17 septembre 1904 à Rembang, est une importante figure javanaise et indonésienne, héroïne nationale considérée comme une pionnière des droits des femmes indonésiennes. Elle écrivit notamment les «  Lettres d'une Princesse javanaise  ». Sa vie   Kartini est née dans une famille priyayi - noblesse de robe et caste de fonctionnaires gouvernementaux javanaise - à l'époque des Indes néerlandaises. Son père, Raden Mas Aria Adipati Sosroningra, était Régent (préfet) de Jepara et sa mère la première épouse de ce dernier mais non la plus importante - la polygamie étant une pratique courante alors dans la noblesse. Kartini vécut donc de l'intérieur les conflits et la souffrance dont la polygamie pouvait être la cause. Le père de Kartini, était à l'origine chef du district de Mayong. Sa mère s'appelait M. A. Ngasirah, fille de Maître...
Read more